RANGKUMAN KAJIAN MALAM SABTU, 24 Juli 2020/4 Dzul Hijjah 1441H


Sabtu , 03 Juni 2023


RANGKUMAN KAJIAN MALAM SABTU (MASA)

Kitab Syarah Al-Hikam (Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari)
Mursyid Akmaliah (Cyech Maulana Hizboel Wathony)
Pesantren Akmaliah Salafiah 
Jum'at, 24 Juli 2020/4 Dzul Hijjah 1441H


KALAM HIKMAH 50 :
‎العَجَبُ كُل ُّ العَجَبِ مِم َّنْ یَھْرُبُ مِم َّنْ لا انْفِكاكَ لَھُ عَنْھُ، وَیَطْلُبُ ما لا بَقاءَ لَھُ مَعَھُ. )فَإِن َّھَا لاَ تَعْمَى الأَْبْصَارُ
‎وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ ال َّتِي فِي الص ُّدُورِ(
Sungguh mengherankan, orang yang lari dari sesuatu yang ia tidak bisa terlepas dari-Nya, dan justru mencari apa yang tidak kekal baginya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tapi mata hati yang berada di dalam dada.

URAIAN MURSYID
Yang sangat mengherankan ialah apabila melihat orang yang lari dari yang sebenarnya ia butuh kan malah ia melepaskan semua itu. Dan ia tidak bisa lepas daripadanya yakni ia berusaha mencari apa yang tidak kekal padanya sesungguhnya bukan mata kepala yang buta bagi mereka tetapi matahati mereka yang buta. 

Bahwa banyak orang yang lari darj rahmat Allah SWT menuju petaka Kehidupan. 
Contoh:
Saat hujan, ia lari padahal hujan itu rahmat Allah SWT. Ia lebih suka neduh.

Yang dimaksud ialah bahwa banyak orang yang lari meninggalkan apa yang dibutuhkan sesungguhnya yaitu bekal akhirat. Namun banyak orang yang melepaskannya dan mengambil yang tidak kekal yaitu urusan dunia. Tidak sedikit orang yang mengabaikan kepentingan akhira. Jika dihadapkan dalam urusan akhirat dalam posisi ia tidak mampu maka pasti ia akan beralasan yang sangat logic.
Contoh :
Nilai ibadah yang paling tinggi ialah saat kalian pas pasan tapi kalian bisa beribadah. Seperti lagi pas uang namun ia tetap berqurban. 

Banyak orang yang tidak melihat pada kepentingan akhirat namun lebih melihat pada kepentingan dunia karena dunia itu terlihat secara fisik sedangkan akhirat sesuatu yang tidak terjangkau oleh akal pikir dan hanya dengan iman. Iman ditanamkan sejak jaman dahulu terutama di jaman Nabi Muhammad SAW. Yang dipanggil dalam alquran ialah yang beriman, Kenapa? Karena sudah jelas mana jalan yang baik dan mana jalan yang buruk. Semua sudah terfurqonkan. Tidak ada paksaan dalam melakukan aturan karena semua sudah terfurqonkan. 

‎لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah ayat 256)

Siapapun yang masih mengikuti thogut maka tidak mungkin beriman kepada Allah SWT. Kenapa? Karena yang pertama harus ingkar kepada thogut atau nafsu kita atau ego kita setelah itu baru baru beriman kepada Allah SWT yang telah dipaparkan oleh Nabi/Rasul/pilihannya. Iman itu anugerah dari Allah SWT. Iman itu percaya. Kalau iman sudah rusak maka yang muncul ialah zhon. 

Jika sudah beriman dan berpegang dengan tali tali Allah SWT yaitu tauhid maka selamat. Tali tali Allah SWT lah yang menjadi sambungan. Tali tali Allah SWT itu banyak. Orang yang selamat ialah mereka yang pemimpinnya ialah Allah SWT. Allah SWT akan mengeluarkan dari yang gelap kepada yang terang. Orang yang tidak ingkar kepada thogut maka ia pemimpinnya ialah thogut. Thogut itu ialah keakuan/nafsu/pikiran/keegoan dalam diri yang akan mengeluarkan dirimu dari yang terang kepada yang gelap. Banyak orang yang lari dari kebutuhan primer ke sekunder. Dunia ini sekunder dan yang primer ialah akhirat. Orang yang semacam ini bukan buta mata kepalanya tetapi buta mata hatinya karena kurang imannya, dhoiif keyakinannya dan buta matahatinya karena mengikuti thogut/hawa nafsunya. 
_____________________________________________
KALAM HIKMAH 51 :
لا تَرْحَلْ مِنْ كَوْنٍ إلى كَوْنٍ فَتَكونَ كَحِمارِ الر َّحى؛ یَسیرُ وَالمَكانُ ال َّذي ارْتَحَلَ إلَیْھِ ھُوَ ال َّذي ارْتَحَلَ عَنْھُ.
وَلكِنِ ارْحَلْ مِنْ الأَكْوان إلى المُكَو ِّنِ، )وَأَن َّ إِلَى رَب ِّكَ
الْمُنْتَھَى(. وَانْظُرْ إلى قَوْلِھِ - صَلّى اللهُ عَلَیْھِ وَسَل َّمَ -
“فَمَنْ كانَتْ ھِجْرَتُھُ إلى اللهِ وَرَسولِھِ فَھِجْرَتُھُ إلى اللهِ
وَرَسولِھِ، وَمَنْ كانَتْ ھِجْرَتُھُ إلى دُنْیا یُصیبُھا أو امْرأةٍ
یَتَزَو َّجُھا فَھِجْرَتُھُ إلى ما ھاجَرَ إلَیْھِ”. فافْھَمْ قَوْلَھُ -
عَلَیْھِ الص َّلاةُ وَالس َّلامُ - وَتَأم َّلْ ھذا الأمْرَ إنْ كُنْتَ ذا فَھْمٍ
.. والس َّلامُ.

URAIAN MURSYID
Jangan kamu pindah dari keadaan satu ke keadaan lainnya, ini tidak ubahnya seperti keledai yang semacam mengitari penggilingan yang ia menuju ke suatu tempat namun ketemunya di tempat awal. Tetapi hendak lah engkau pergi dari pencipta alam karena sesungguhnya kepada tuhanmulah puncak tujuan. 

Mu’alif hanya ingin menggambarkan bahwa jangan kamu pindah dari satu tempat ke tempat lain maksudnya jangan memilih dari pilihan satu ke pilihan lain. Yang demikian itu banyak sekali manusia yang disebut keledai karena ia berpindah dari satu tempat ke tempat lain. 
Contoh :
Banyak orang yang dari tempat itu ketempat itu juga. Seperti orang yang suka ibadah ingin khusyuk karena ingin ibadah. Atau ia takut neraka dan ingin surga. Ini dari sesuatu ke sesuatu yaitu dari mahluk ke mahluk. Termasuk orang yang ingin ibadah namun mengabaikan tanggung jawabnya kepada keluarganya. 

Sementara tujuan utama ialah Allah SWT. Kenapa kita justru mencari sesuatu selain Allah SWT Walaupun itu benar seperti takut neraka atau ingin surga. Yang ingin dibahas disini ialah jangan kalian seperti keledai, sudah berjalan namun ternyata hanya mengitari gilingan saja. Seperti Orang yang ibadahnya karena sesuatu maka ia jalan ditempat yang berarti ketemu mahluk lagi. Banyak orang takut dosa dan ingin pahala. Dosa dan pahala pada dasarnya itu mahluk. Namun bukan berarti sok sokan tidak butuh surga atau tidak takut neraka karena kitapun disuruh takut terhadap api neraka sebagaimana firman Allah SWT:

‎يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim : 6)

Intinya ialah adanya neraka karena adanya manusia. Jika manusia tidak ada maka tidak ada neraka. Jika tidak ada orang yang Ikhlas mendapatkan surga maka surganya ditutup. Oleh karenanya surga itu mahluk dan jangan menjadi tujuan utama. Nerakapun mahluk dan jangan ditakuti berlebihan. Jadikanlah neraka dan surga sebagai pemicu tetapi tetap memandang neraka surga itu mahluk seperti mu.  Jangan jadikan surga itu tujuan utama mu karena itu mahluk karena puncak tujuan hidup ialah tuhanmu. Tujuan utama mu ialah Tuhanmu sampai tuhanmu memanggilmu sebagaimana firman Allah SWT QS. Al Fajr ayat 27-30 :

‎يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
Hai jiwa yang tenang.

‎ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

‎فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

‎وَادْخُلِي جَنَّتِي
masuklah ke dalam surga-Ku.

Jika kalian berqurban selama 7x dengan ikhlas tanpa ada intrik interest di dalam hati yaitu tidak boleh ada yang tau maka pasti kalian akan dipanggil dengan nafsu mutmainah. Jika sudah dipanggil “mutmainah” dan ia sampai pada rodhiyah dan mardiyah maka Allah SWT ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah SWT setelah itu Allah SWT menyuruh masuk ke surga-Nya. Yang dipanggil mutmainah kemudian menyandang rodhiyah dan mardiyah maka masuk sebagai Hamba Allah dan boleh menikmati surga Allah SWT. Orang yang belum bernafsu mutmainah berarti belum menjadi hamba Allah SWT. 

Jangan kalian pindah dari nafsu ammarah ke lawwamah. Dari lawwamah ke sawwalat dan terus berputar di tiga nafsu itu. Tidak berpidah ke nafsu mahmudah. Banyak orang yang terjebak dari nafsu satu ke nafsu lainnya. Banyak orang yang menghindari takdir tapi malah ketemu takdir. Dia ingin mengharapkan sesuatu ke sesuatu lain. 
Seperti:
Orang yang ingin menghindari dunia dan hanya ibadah karena ingin mendapatkan surga. 

Tujuan  utama hamba ialah Allah SWT. Hadis qudsi :
كُنْتُ كَنْزًا مُخْفِيًّا فَأَحْبَبْتُ اَنْ اُعْرِفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي    يَعْرِفُنِي
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, karena Aku suka dikenal, maka Aku ciptakan mahluk, maka dengan-Ku ia mengenal-Ku”.

Allah SWT menciptakan mahluk karena suka dikenal. Allah SWT sengaja menciptakan alam semesta karena suka dikenal Maka dengan Ku ia mengenal Ku. Tujuan utama seorang hamba ialah mengenal tuhannya. Yang sesungguhnya tujuan utamamu ialah mengenal tuhanmu. Jika manusia hidup belum mengenal tuhannya maka ia bukan manusia tetapi binatang. 
Maqola :
Tidak sah ibadah seseorang kecuali ia mengenal siapa yang disembah.  

Jika ada orang yang menyembah dan tidak mengenal siapa yang disembah maka batal penyembahannya. Jika kalian menyembah Allah SWT dan tidak mengenal Allah SWT maka tidak dianggap. Oleh karenanya kalian baru mengerjakan shalat, belum mendirikan shalat. 

Jadi, Tujuan utama ialah Allah SWT. Maka jangan kalian pindah dari satu tempat ke tempat lain. Jangan kamu pindah dari mahluk ke mahlukn. Kalian tidak senang dunia lalu kalian tinggalkan dunia namun akhirnya kalian ke mahluk lagi yaitu surga yang kalian tuju padahal bukan itu tujuan hamba. Tujuan hamba ialah Allah SWT. Jadi sesungguhnya tujuan utama hidup ialah mengenal tuhannya. Jika tidak mengenal tuhannya maka bukan hidup dan bukan manusia karena ia bukn hamba Allah SWT dan tidak akan dipanggil “mutmainah”. Orang yang sudah dipanggil mutmainah itu sudah marifah. Tingkatan Marifah itu :
1. Marifatul ilmi
2. Marifatul ain
3. Marifatul haq
4. Marifatul kamil
Sehingga disebut :
1. Ilmal yakin
2. Ainul yakin
3. Haqqul yakin
4. Akmalul yakin

Marifatul ilmi harus sampai ilmal yakin dimana ia sudah yakin akan ilmu dan tidak akan bisa diubah seperti akidah.  
Contoh:
Semua orang tau dan yakin langit biru. 

Intinya jangan pindah dari qaul ke qaul lain. Tujuan utama kita ialah Allah SWT. Jangan kalian pindah dari ustad ke ustad lain. Pandang dan tuju kepada Allah. Jangan sekedar takut dosa dan ingin pahala. Jangan sekedar takut neraka dan ingin surga. Jangan sekedar menghindari maksiat untuk ibadah, tidak sekedar itu. Namun utamakan bahwa tujuan utama ialah Tuhanmu.

Dirangkum oleh : Himmah Hizboel (Asisten Mursyid Akmaliah)