CINTA KASIH ALLAH
Bagian Pertama
Perjalanan kita menuju kepada Allah Ta’ala harus benar-benar kita tempuh dengan sepenuh hati dan iman, sekaligus mengalir bagaikan air. Air mengajarkan kita tentang kepasrahan, maka mengalirlah seperti air.
Anak-anakku sekalian… Hakikat dunia adalah “penjara.” Dan itu sebabnya dunia disebut sebagai Sidnul Mu’min – Penjara bagi orang mukmin (orang yang beriman). Namun tidak banyak orang yang menyadari hal itu. Karenanya banyak sekali orang yang sangat betah hidup di dunia ini. Dan itu artinya, mereka termasuk golongan orang yang betah di penjara. Dan, karena perasaan betah itulah maka tidak terasa waktu bergulir dengan cepatnya. Padahal sesungguhnya waktu berjalan sebagaimana mestinya. Tidak lebih cepat juga tidak menjadi lebih lambat.
Firman Allah Ta’ala menyebutkan, “Siapa yang mendapat keberkahan dialah orang-orang yang benar-benar berjalan menuju kepada-Nya yang diperjalankan oleh Allah taala.” Sadar atau tidak, kita semua ini tengah berjalan dan termasuk golongan orang-orang yang di-‘isra’kan oleh Allah Ta’ala. Dalam makna yang hakiki, Isra’ adalah perjalanan dimalam hari. Sedangkan dunia ini diibaratkan sebagai malam yang gelap gulita, dan ilmu merupakan Nur (cahaya). Nur adalah cahaya penerang untuk para pejalan yang berjalan menuju kepada-Nya.
Anak-anakku… Barakna hawlahu linuriyahu min ayaatina – keberkahan akan didapat (dilimpahkan) kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh menuju kepada-Nya. Dan keberkahan yang dimaksud bukan sebatas keberkahan dalam bentuk fisik materi, tapi juga kecerdasan (sensitifitas atau kepekaan) dalam menganalisa dan memahami tanda-tanda dari Allah di sepanjang perjalanan hidup. Tanda-tanda Allah bertebaran diseluruh jejak perjalanan kita di muka bumi ini. Oleh karena itu, alam semesta ini disebut sebagai, Qur’anul Mubin – Quran yang sangat nyata.
Anak-anakku sekalian… Perjalanan kita menuju kepada Allah Ta’ala harus benar-benar kita tempuh dengan sepenuh hati dan iman, sekaligus mengalir bagaikan air, sesuai kehendak-Nya. Air mengajarkan kita tentang kepasrahan, maka belajarlah kalian seperti air (mengalir dan mengalirlah). Sebagaimana kalian ketahui, salah satu unsur dari empat unsur yang ada dalam diri kita adalah unsur air. Maka, sesungguhnya kita semua memiliki potensi untuk bisa mengalir seperti air.
Keempat unsur yang ada di dalam diri kita yang dimaksud adalah, angin, api, air dan tanah. Setiap unsur hendaknya dijaga stabilitasnya agar tidak ada dominasi dan tidak ada yang melampaui batas. Seperti misalnya unsur angin dan api, kedua unsur itu bukan berarti tidak boleh atau harus dihilangkan, tetapi kita diperintahkan untuk menundukkannya. Keempat unsur itu kita butuhkan untuk saling melengkapi dan untuk saling mengimbangi. Namun, semua tidak boleh melampaui batas maksimal yang ada dalam diri kita. Sederhananya demikian, apa saja yang ada pada diri kita apabila melampaui batas pasti akan menimbulkan masalah. Contohnya tentang kesehatan. Setiap orang memiliki kolesterol didalam tubuhnya. Pada dasarnya kolesterol itu bukan penyakit. Namun, dia akan berubah menjadi penyakit bila dibiarkan melampaui batas maksimal. Begitu juga dengan asam urat, gula darah, dan lain-lain. Kesemuanya harus dijaga keseimbangannya.
Keempat unsur yang ada di dalam diri kita pun kalau dibiarkan melampaui batas akan membuat kita jauh dari Allah. Unsur api kalau dibiarkan melampaui batas maksimal akan membuat kalian menjadi orang yang sombong, takabur, angkuh, dan lain sebagainya. Semua itu artinya adalah sifat-sifat madzmumah (sifat-sifat yang tercela). Begitu juga unsur angin yang kalau tak dikendalikan akan membuat kalian lemah tak berdaya. Tanpa unsur api akan membuat orang menjadi apatis karena api adalah energi untuk menghidupkan daya juang dalam mencapai keinginan (cita-cita).
Yang dimaksud dengan tetap mengalir seperti air dalam menjalani kehidupan adalah, dengan tetap berusaha dan berikhtiar tapi menyerahkan hasil akhir dalam kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Filosofinya, bagaikan air yang mengalir dari hulu (gunung) ke hilir (lautan). Yang perlu kalian waspadai adalah, di sepanjang perjalanan menuju ke laut lepas akan banyak hal (rintangan) yang harus dihadapi. Bukan sebatas sampah-sampah yang berserakan, tapi juga berbagai kotoran dan bebatuan yang akan menjadi hambatan. Maka, selain kewaspadaan dan kehati-hatian kalian juga harus tangguh sekaligus “luwes” mencari celah untuk tetap mengalir hingga sampai di tujuan. Kalau kalian berhasil melampaui semua itu maka kalian akan selamat (tetap suci) sampai di tujuan.
by hizboel