Oleh : CM. Hizboel Wathony
Jumat, 08 Juni 2018 /
23 Ramadhan 1439 Hijriyah
Anak-anakku sekalian,
Mari kita kembali mensyukuri atas naikmat-ikmat Allah SWT yang berlimpah dalam kehidupan kita dan kini kita masih ada di bulan Ramadhan. Syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan namun yang harus kita renungkan baik-baik yang harus kita telaah daam diri kita ialah sudah benar dan baik kah di dalam menjalani pengabdian kita kepada Allah SWT? Sementara banyak hal-hal yang terkadang kita melampaui batas dalam hal apapun. Kita menghitung diri kita dalam ibadah kepada Allah SWT. Kita buat grafiknya waktu dalam sehari itu 24 jam dan kita bagi tiga yaitu 8 jam untuk ibadah, 8 jam untuk istirahat dan 8 jam untuk maisyah/mencari nafkah/rejeki. Dalam mengais rejeki dalam bekerja kita sudah terpatri oleh sistem perusahaan yang tidak boleh kurang dari 8 jam bekerja, namun apakah dalam ibadah benar 8 jam dalam sehari? Ini merupakan pertanyaan bagi kita, pertanyaan untuk diri kita.
Wahai anak-anakku semuanya,
Bagaimana hati ini menjadi jernih kalau ternyata hati kita masih bertapaut pada dunia? Dunia itu gelap sedangkan hati ini harus terang. Terang itu nurullah atau cahaya dari Allah SWT yang disebut juga sebagai hidayah. Terang dan gelap tidak mungkin bersatu. Jika ingin menuju kepada Allah SWT maka tentunya kita harus mengabaikan dunia. Mengabaikan dunia bukan berrati meninggalkan dunia namun mengabaikan dari dalam diri kita artinya kita tidak mencintai dunia berlebihan, cukuplah dunia itu sebagai tangga-tangga untuk menuju kepada Allah SWT bahkan hasilnya pun kita jadikan bekal untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bukan berarti mengabaikan dunia kita harus menjadi miskin justru orang islam harus kaya karena ibadah kita butuh finansial seperti ibadah haji atau umrph membutuhkan finansial yang lebih. Kita harus bisa membebaskan jiwa dan hati kita dari keterikatan dari dunia itu yang dimaksud agar kita bisa leluasa dan bebas menuju kepada Allah SWT karena selama kita masih terikat dengan dunia selama itu juga kita berat menuju kepada Allah SWT. Selama kita masih terpengaruh oleh nafsu maka kita berat untuk menuju tuhannya. Nafsu itu ialah membebani diri kita. Jika kita masih diperbudak oleh nafsu bagaimana mungkin kita menjadi merdeka dan berjalan menuju kepada Allah SWT. Itulah banyak orang mengalami dan terperosok di dalam lubang yang nista karena akhrinya ia mau menukar kehidupan akhirat yang kekal abadi dengan kehidupan dunia yang sementara. Menukar perjumpaan dengan tuhannya dengan kepuasan hawa nafsu yang fatamorgana. Itulah kenikmatan hawa nafsu.
Anak-anakku semuanya,
Seamat berbuka puasa, semoga Allah SWT melimpahkan cahaya-Nya menyinari hati kita hingga menyinari hati kita.