KULTUM PENDAR HIKMAH

HAKIKAT SALAM DALAM SHALAT

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Ahad, 20 Januari 2019 / 13 Jumadil Awal 1440 Hijriyah

“Dalam duduk shalat ada doa dan shalawat serta salam. Setelah berdoa yang dilanjutkan dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. kemudian diakhiri dengan mengucapkan salam sambil menengok kekiri dan ke kanan yang berarti kita sebagai orang Islam yang mendirikan shalat harus bisa menyelamatkan apa yang ada disekitar kita, baik yang disebelah kanan maupun kiri”


Anak-anakku sekalian,
Mari kita kembali bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang berlimpah kepada kita. Kita akan lanjutkan pembahasan mengenai hikmah hikmah yang ada di dalam shalat yang diejawantahkan dalam kehidupan sehari hari dimana shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar yang berarti kita akan terlepas dari berbagai macam ke fahsyaa-an dan kemungkaran. Pada saat duduk di antara dua sujud, ada doa doa yang sangat istimewa dimana doa itu sangat luar biasa sekali. Syahadat di dalam tasyahud awal maupun akhir :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Disitu penyaksian saat kita duduk. Jadi duduk mengisyaratkan tentang kesahajaan yakni sahajanya kita karena orang yang digambarkan di dalam firman Allah SWT ialah pada saat orang itu ingat kepada Allah SWT “dia dalam posisi berdiri, duduk dan berbaring”. Duduk yang berarti dalam arti pertengahan yaitu dalam kesahajaan hidupnya. Kendatipun ia adalah orang yang istimewa maka tetaplah duduk, jangan angkuh berdiri tegak dan sombong. Walaupun kita orang yang sedang menderita sekalipun tetaplah bersyukur kepada Allah SWT dan jangan berkecil hati bahwa kita adalah telah dimuliakan oleh Allah SWT begitu juga dalam segala hal apapun. Intinya ialah di dalam duduk kita diisyaratkan bahwa kita harus selalu istiqomah. Istiqomah berpegang pada tali tali Allah SWT, istiqomah berpengang pada perintah Allah SWT dan contoh Rasul-Nya. Oleh karenanya bersyukurlah kita hidup di dunia ini, dijadikan oleh Allah SWT menjadi orang Islam dengan dianugerahi iman dan islam yang diawali dengan membaca syahadat. Namun terkadang kita lupa membaca syahadat yang khusus untuk Allah SWT agar kita diakui menjadi orang Islam disisi Allah SWT, bukan hanya sebatas islam KTP/keturunan atau Islam yang sekedar fasilitas. Jadi, kita diawali dengan membaca syahadat dengan niat khusus hanya untuk Allah SWT, karena Allah SWT, niat hanya untuk diakui Allah SWT, pengakuan bahwa :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

“Tidak ada tuhan kecuali Allah”

Yang berarti aku bersaksi betul bahwa memang tidak ada tuhan kecuali Allah. Dalam penyaksian yang utama :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Pada saat وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ benar bahwasanya Muhammad bin Abdillah itu hamba Allah SWT yang menjadi utusan Allah SWT. Artinya itu pasti sah dan tidak main main dan itu aras dasar iman kita menyatakan :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Yang berarti tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad itu utusan Allah.

Kemudian sebagai rasa syukur kita dan juga atas perintah Allah SWT bahwasanya :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan bersalamlah dengan sungguh-sungguh.”  (QS. Al Ahzab ayat 56)

Yakni sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada nabi-Nya dan tentunya diikuti dan dianjurkan bagi orang orang yang beriman untuk bershalawat kepadanya. Maka bershalawat kepada Rasulullah SAW dengan menyatakan :

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia

Yang berarti bershalawat kepada Allah SWT kemudian dikaitkan kepada Nabi Ibrahim as. Kenapa dikaitkan kepada Nabi Ibrahim as, bukan kepada nabi yang lainnya? Kita bershalawat yaitu bershalawat kepadanya bukan berarti beliau (Rasulullah SAW) butuh doa dari kita. Namun shalawat itu adalah bentuk penghormatan dari kita kepada beliau sebagai rasa syukur kita kepada beliau kemudian kita lanjutkan shalawat kepada Nabi Ibrahim as karena Nabi Ibrahim sebagai garis keturunan Nabi Muhammad SAW dan sekaligus juga dijuluki oleh Allah SWT sebagai Abu Tauhid (Bapak Tauhid). Dimana kita disuruh mengikuti perjalanan Nabi Ibrahim as. Oleh karenanya akhirnya diisyaratkan perjalanan Nabi Ibrahim as didalam peristiwa yang spektakuler yaitu tentang Qurban. Ibadah Haji itu peristiwa Nabi Ibrahim as, merupakan napak tilasnya. Mulai dari thawaf, sai, wukuf di Arafah hingga terjadi lempar jumrah yang mengisyaratkan tentang peristiwa Qurban. Jadi, di tasyahud akhir jelas menggambarkan bahwa shalawat itu kepada Nabi Muhammad SAW dan pada Nabi Ibrahim as sebagai silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW. Berarti ini keterkaitan erat kita dengan penghormatan generasi generasi sebelum kita. Maka dari itu diterangkan dan dijelaskan bahwa generasi generasi sebelumnya yang shaleh shaleh, yang tidak shaleh, semua itu dikisahkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari kisah kisah tersebut bahwa yang baik akan kita tiru dan yang buruk kita tinggalkan. Renungkan kembali, setelah kita tasyahud awal dan tasyahud akhir kemudian kita membaca shalawat, setelah membaca shalawat kita akhiri dengan salam :

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

disertai dengan gerakan kepala menengok ke kiri dan ke kanan yang merupakan isyarat bahwa kita harus menyelamatkan yang ada di sebelah kanan dan kiri. Artinya kalau kita sudah membaca salam berarti kita bertanggung jawab atas keselamatan saudara kita. Jangan sampai kita memberikan salam tapi justru kita menikam dari belakang. Jangan sampai kita memberikan salam tapi justru kita menelantarkan saudara kita. Maka dari itu salam itu sangat penting sebagai etika bahkan wajib menjawab salam. Kalau memberikan salam hukumnya sunnah, namun menjawab salam hukumnya wajib. Maka dari itu orang yang memberikan salam wajib pula ia menyelamatkannya artinya mengejawantahkan apa yang ada di dalam salam. Maka dari itu di dalam shalat diakhiri dengan salam. Orang yang shalat berarti orang yang selamat Termasuk menyelamatkan yang ada disekelilingnya, yang ada di sebelah kiri maupun yang ada disebelah kanan. Itulah orang yang shalatnya benar, baik, sejahtera, selamat bahkan mendapatkan berkah dan rahmat yaitu orang orang yang mendirikan shalat yang diakhir dengan salam. Oleh karena itu kita menjadi saudara sesama muslim dianjurkan untuk saling menyayangi, bahkan dijelaskan :

‎لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Belum disebut kamu orang yang beriman sebelum kamu mencintai saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri.
Jadi, kita memberikan salam ke kiri dan ke kanan berarti memberikan keselamatan orang yang ada di lingkungan kita. Semoga kita selamat dunia dan akhirat, insya Allah.