Oleh : CM. Hizboel Wathony
Ahad, 03 Maret 2019 /
25 Jumadits Tsani 1440 Hijriyah
“Dalam kehidupan tidak sunyi dari ujian dan cobaan dan Allah akan memberikan beban ujian dan cobaan pada setiap hamba-Nya yang sesuai dengan kadar kemampuan hamba itu sendiri”
Anak-anakku semuanya,
Mari kita bersyukur kembali kepada Allah SWT dimana Allah SWT telah melimpahkan begitu banyak nikmat kepada kita. Syukur kita kepada Allah SWT ialah dengan mengekspresikan dimana kita harus tetap mengabdi kepada Allah SWT sebagai bukti rasa syukur kita.
Anak-anakku semuanya,
Hidup memang beban, Hidup ialah perjuangan, hidup juga cobaan. Orang hidup ialah orang yang berani berjuang dan orang yang berani berjuang berarti ia berani menerima resiko apapun yang ada di dalam perjuanagan. Banyak orang yang mengatakan “kenapa saya mendapatkan ujian den cobaan yang begitu beran dan sangat begitu rasanya yang saya tidak mampu dan kuat”. Pandangan semacam itu salah besar karena hakekatnya Allah SWT tidak pernah memberikan beban berat kepada hamba-Nya. Allah SWT tidak pernah memberikan sesuatu apapun melampaui kadar hamba-Nya sebagaimana firman Allah SWT :
Allah SWT tidak akan memberikan beban apapun yang melampaui batas batas kemampuan itu sendiri termasuk ujian dan cobaan. Allah SWT tidak akan memberikan ujian dan cobaan yang hamba-Nya tidak mampu menerimanya. Jadi jangan kemudian menuduh Allah SWT tuhan yang tidak adil. Menuduh Allah SWT tuhan yang memberikan benan kepada hambanya. Ingatlah bahwa semua yang ada pada diri dan semua yang kita lakukan dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial itu bukan untuk Allah SWT melainkn kembali kepada diri kita. Memang seharusnya kalau orang tauhid itu semua milik Allah SWT tetapi bukan untuk Allah SWT, kepunyaan Allah SWT, yang artinya kita hawalah yaitu tiada daya dan upaya bahwa daya dan upaya itu milik Allah SWT karena kita tidak mempunyai sesuatu apapun. Tetapi yang dimaksud ialah bahwa orang orang yang mendapatkan ujian dan cobaan kembali ke dalam diri. Persis seperti anak anak yang menerima ujian di kelasnya maka semua kembali kepada orang yang diuji coba sebagaimana hamba. Hamba Allah yang itu akan mendapatkan nilai yang istimewa di sisi Allah SWT. Sebut saja orang Yang mendapatkan ujian dan cobaan dengan berbagai macam ujian dan cobaan Allah SWT selalu menyuruh bersabar karena Allah SWT selalu bersama dengan orang orang yang sabar. Memang sabar itu berat sebagaimana firman Allah SWT saat orang itu disuruh bersabar kemudian Allah SWT menyatakan :
Sabar dan shalat itu berat karena sabar itu terkait dengan hati dalam hal kehidupan sosial Sedangkan shalat berat karena terkait ibadah ritual. Makanya disebut yang demikian itu berat kecuali orang orang yang khusyu yang benar benar mesra kepada Allah SWT yang artinya cintanya kepada Allah SWT melebihi dari segala galanya. Maka benar jika Allah SWT menyatakan “bahwa Allah SWT tidak memberikan beban kepada hambanya atas suatu beban apapun, memberikan beban apa saja sesuai kemampuan hamba-Nya. Allah SWT akan memperhitungkan, menulis, membalas amalan yang nyata maupun tidak nyata baik amalan itu dalam arti baik maupun buruk, jahat maupun baik semua akan diperhitungkan oleh Allah SWT dan kembali kepada orang orang yang menerimanya yang ada usaha dan ikhtiar dalam amal ibadah dan perjuangan dan ujian dan cobaan saat ia menerimanya. Maka saat menerima ujian dan cobaan tiada kata lain selain “innalillahi wa inna illaihi roji’un”.
Mereka mengatakan sesungguhnya kami dari Allah SWT, milik Allah SWT dan kembali kepada Allah SWT karena memang sesungguhnya semua itu milik Allah SWT. Allah SWT menyatakan “orang orang yang saat menerima ujian dan cobaan mengatakan qoliu innalillahi wa inna illaihi roji’un itulah orang orang yang sabar karena Allah SWT mengatakan di dalam ayatnya sebelumnya yaitu :
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
Yang berarti hanya orang orang yang sabar yang dapat menerima ujian dan cobaan tersebut. Maka sabar disinipun dimaknakan sabar yang baik dan benar yang sesuai dengan syariat nabi Muhammad SAW dan sesuai dengan ketetapan Allah SWT bukan sabar menurut nafsu manusia itu sendiri. Jadi sabar disini tentunya ada ushaa dan ikhtiar yang disebut sabar aktif barulah mendapatkan keistimewaan dari Allah SWT yang disebut menerima kabar gembira.